ASMADI, S.Ag (Penghulu KUA Kec. Nangalo)
Pacaran identik dengan percintaan antara dua orang
anak manusia yang berlainan jenis dan kebanyakan terjadi di kalangan remaja.
Remaja dewasa ini dianggap kuper (kurang pergaulan) kalau belum pernah pacaran
bahkan dianggap gila bila tidak larut dalam cumbu rayu pacaran di masa
remajanya. Karenanya benarlah rumusan cinta seorang penyair terkenal Syauqi Bey
yang mengatakan, "didahului dengan kerlingan mata, diiringi dengan senyum
lalu tertegun dan akhirnya jantung berdebar dan hati menjadi rindu
menggelora...". Atau seperti yang disebutkan dalam pantun-pantun:
"dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali, darimana datangnya
cinta, dari mata turun ke hati".
Sepintas cinta mampu membuat manis hidup ini
meskipun ia bukan madu. Ia mampu menerangi kegelapan meskipun ia bukan cahaya. Bila
ia diperturutkan dalam ajang cumbu rayu pacaran yang dimotori nafsu syahwat
maka seumur hidup ia mampu menggetirkan kalbu, meski ia bukan empedu. Pacaran
di abad ini sudah membudaya dan berakar. Awalnya diharamkan tapi tak
diindahkan. Ia dirawat dengan disiram dan dipupuk sehingga tumbuh subur, rimbun
rindang memayung, akhirnya berbuah, lalu dipetik kemudian dimakan dan mendarah
daging di jasad ini.
Selengkapnya
0 komentar:
Posting Komentar